Kabar memprihatinkan kembali terjadi di dunia pendidikan di Jawa Barat. Kali ini terjadi di Kota Cirebon. Yaitu dimana seorang siswa MTs meminum cairan pembersih lantai karena mengalami depresi.
Siswi MMH (17), akhirnya dilarikan ke rumah sakit karena mengalami keracunan setelah meminum pembersih lantai. MMS mengalami depresi, karena orang tuanya tidak mampu lagi untuk menyekolahkan anaknya.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyampaikan, siswa lulusan MTs ini meneruskan ke SMA Tengah Tani Kota Cirebon. Ketidakmampuan orang tua untuk membelikan seragam sekolah, akhirnya MMS masih menggunakan seragam bekas Tsanawiyah, hanya bet seragamnya yang diganti SMA.
Kemudian, MMS hanya bisa bersekolah satu semester. Ketika meminta kepada orang tua untuk meneruskan sekolah, orang tua berkeberatan karena faktor ekonomi.
Pihak sekolah memang sudah menggratiskan biaya sekolah, tetapi orang tua MMS tidak mampu lagi untuk membeli seragam, buku dan kebutuhan sekolah lainnya.
“Saya sudah nyuruh ajudan saya untuk bertemu orangtuanya dan si anak yang mengalami keracunan pembersih lantai,” kata Dedi Mulyadi.
“Pertama, seluruh biaya rumah sakitnya sudah saya selesaikan. Kedua, mulai besok anak itu menjadi anak asuh saya dan berhak untuk masuk sekolah di sekolah negeri,” timpal Dedi Mulyadi.
Ditegaskan KDM, ia akan bertanggungjawab atas biaya pendidikan siswi MMS sampai tingkat SMA. Jika siswinya pintar, maka akan lanjut sekolah ke perguruan tinggi.
“Saya bertanggungjawab atas pendidikannya sampai lulus SMA. Kalau dia punya kemampuan, pinter bisa langsung melanjutkan ke perguruan tinggi,” katanya.
Atas kejadian ini, KDM berharap agar hal serupa tidak lagi menimpa siswa yang berasal dari keluarga miskin di Jawa Barat. Oleh karenanya, KDM mengajak semua pihak untuk bergotong-royong, agar anak-anak di Jawa Barat terus bisa bersekolah.
“Itulah langkah-langkah yang diambil dalam peristiwa tersebut. Semoga tidak terjadi lagi kepada siapapun dan menimpa siapapun,”
“Mari anak-anak kita sekolah minimal sampai SMA. Mari kita bergotong royong secara bersama-sama, agar orang yang miskin tetap bisa bersekolah,” tutup KDM.***