SUKABUMI – Perjuangan luar biasa harus dilakukan oleh puluhan pelajar di Kampung/Desa Tanjung, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, untuk mengenyam dunia pendidikan.
Mereka harus bertaruh nyawa menuruni dan menyeberangi aliran Sungai Cikarang.
Setiap hari mereka harus menantang maut karena sewaktu-waktu air bah bisa terjadi di sana.
Meskipun harus bertaruh nyawa, para pelajar sekolah dasar dan menengah pertama yang bersekolah di wilayah seberang sungai yakni di wilayah Desa Mekarmukti, Kecamatan Waluran, tetap mengikuti aturan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yakni masuk sekolah pukul 06.30.
Kepala Desa Tanjung, Dasep Taofiqul Hiqmah, mengatakan para pelajar itu berangkat lebih pagi agar tidak kesiangan.
Ada yang berangkat pukul 06.00 ada juga yang sebelum itu karena mereka harus berjalan kaki ke sekolah.
“Aturannya masih ngikuti karena serentak, ngikuti aturan tersebut lebih pagi, karena jadwal masuk setengah tujuh, berangkat sebelum setengah tujuh,” ujar Dasep kepada Tribunjabar.id, Sabtu (23/8/2025).
Dasep berharap pemerintah daerah bisa segera membangun jembatan agar masyarakatnya terutama para pelajar dapat beraktivitas seperti biasa.
Selain sebagai akses menuju sekolah, jembatan yang terputus bahkan hilang akibat banjir bandang pada bulan Maret 2025 itu juga menjadi akses perekonomian bagi warga setempat.
Pemerintah Desa pun sudah berkiirm surat ke Pemda Kabupaten Sukabumi agar dibuatkan jembatan baru.
“Kemarin kita kirim surat lagi ke pak Bupati, kemarin mau survey kembali,” ucap Dasep.
Berita selengkapnya klik : https://jabar.tribunnews.com/jabar-region/1144033/pelajar-di-sukabumi-menjerit-minta-tolong-ke-kdm-setiap-hari-harus-terjang-sungai-ke-sekolah?page=all.


