ADA yang tak biasa di Sekolah SMP Negeri 4 Purwakarta, Jawa Barat. Jika sebelum masuk kelas biasanya pelajar melaksanakan upacara, namun kali ini berbeda.
Mereka justru melakukan kegiatan mencuci baju sendiri di areal lapangan upacara sekolah. Kegiatan tersebut sebagai implementasi dari pendidikan karakter yang tertuang dalam program 7 poe atikan di lingkungan Dinas Pendidikan Purwakarta.
Festival mencuci baju sendiri yang diikuti ratusan pelajar digelar di areal lapangan upacara sekolah ini. Kegiatan ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Kabupaten Purwakarta.
Festival yang digagas kepala sekolah dan jajaran pengajar sekolah ini, bertujuan untuk pembentukan karakter dan kedisiplinan bagi anak didiknya.
Festival ini bukan hanya sekadar lomba atau aksi massal mencuci pakaian. Namun di balik ini terdapat pesan kuat tentang kemandirian, kedisiplinan, dan kepedulian, nilai-nilai karakter yang kini terus ditanamkan dalam dunia pendidikan di Kabupaten Purwakarta.
“Kami berharap para siswa belajar hidup mandiri, tidak selalu bergantung pada orangtua atau alat modern seperti mesin cuci,” kata Kepala SMPN 4 Purwakarta, Muhammad Nursodik, Selasa (27/5).
Program ini juga implementasi program 7 Poe Atikan yang dicanangkan Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta. Program ini diterapkan di berbagai sekolah di Kabupaten Purwakarta, termasuk sekolah dasar dan sekolah menengah.
Pembelajaran di sekolah disinergikan dengan kegiatan di rumah untuk memastikan konsistensi dan keberlanjutan dalam penanaman nilai-nilai karakter,” sambungnya.
Dari ratusan siswa yang mengikuti kegiatan festival mencuci ini, nampak ada yang canggung, namun tidak sedikit mereka yang cekatan. Mereka nampak terbiasa melakukannya di rumah.
“Ini baru pertama kali mencuci secara manual, biasanya kalau di rumah kan pakai mesin cuci. Tapi gak apa apa sih malah justru lebih bersih secara manual,” kata Sarah, salah seorang siswa
Sementara, Adam Amar siswa laki laki dengan pakaian basah, berusaha
memeras pakaiannya yang telah selesai dicuci untuk dijemur. “Mencuci secara manual itung itung olah raga dan ternyata hasilnya lebih bersih.”
Setelah pakaian dicuci bersih, para siswa kemudian menjemurnya di sisi lapangan. Barisan jemuran dengan aneka warna pakaian menjadi pemandangan tak biasa yang justru menciptakan kehangatan tersendiri di lingkungan sekolah. (Sumber : Media Indonesia)