Minggu, Oktober 19, 2025
spot_img

Jaga Martabat Kiyai, Santri dan Pesantren, Demo Boikot Trans7 Menggema di Karawang

KARAWANG – Jumat (17/10/2025), berpusat di sekitaran Jalan Jendral Ahmad Yani, tepatnya di depan kantor Pemda Karawang, ratusan santri, pimpinan pondok pesantren, hingga tokoh agama lainnya turun ke jalan melakukan aksi moral mengkampanyekan ulama, santri dan pondok pesantren sebagai benteng untuk mempertahankan kedaulatan NKRI.

Aksi demonstrasi ini digelar menyusul ramainya #boikot_Trans7, sebuah stasiun televisi nasional yang menayangkan video aktivitas santri pesantren Lirboyo dengan narasi yang dianggap menyudutkan ulama, santri dan pondok pesantren.

Berdasarkan pantauan, terlihat KH. Ahmad Ruhyat Hasbi (Kiyai Uyan) – Ketua Jamiyah Nahdatul Ulama Karawang, sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Attarbiyah Telagasari – Karawang yang menjadi salah satu orator aksi memimpin demonstrasi para santri.

Kepada Redaksi Opiniplus.com, Kiyai Uyan berpendapat jika asal muasal viralnya #boikot_Trans7 ada tiga kemungkinan. Yaitu faktor ketidaktahuan, hasut, atau kesengajaan secara masif dan terstruktur terhadap ketidaksukaan kepada pondok pesantren, khususnya pesantren-pesantren NU.

Pendakwah yang merupakan mantan Ketua PCNU Karawang ini menegaskan, jejak digital telah menjelaskan bahwa bukan kali ini saja Trans7 menayangkan konten-konten kontroversi tentang budaya dan tradisi NU yang dianggap kurafat dan bid’ah.

Berita Lainnya  Dedi Mulyadi Segera Siapkan Layanan Pengaduan MBG

Oleh karenanya, para tokoh NU telah mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), agar Trans7 tidak lagi diizinkan konten-konten berbau islami, karena indikasi ketidaksukaanya terhadap NU.

Membedakan Antara Feodal dengan Tradisi Pondok Pesantren

Bagi sebagian orang, tradisi-tradisi dan budaya di pondok pesantren seperti jalan membungkuk saat bertemu kiyai atau guru, cium tangan kiyai bolak-balik, hingga membersihkan dan merapihkan rumah kiyai merupakan bentuk tindakan feodalisme.

Menjawab pertanyaan ini, Kiyai Uyan menegaskan bahwa siapapun harus bisa membedakan antara sikap dan tindakan feodalisme dengan budaya dan tradisi santri di pondok pesantren.

“Budaya dan tradisi menghormati kiyai dan guru seperti itu masih tetap ada di pondok pesantren sampai saat ini. Karena kita santri masuk pesantren itu bukan hanya untuk menuntut ilmu, tetapi juga mencari berkah kiyai. Dan saya kira budaya dan tradisi menghormati guru seperti itu tidak ada di lembaga pendidikan lain,” tuturnya.

Berita Lainnya  KPK Harus Telusuri Suap di Korupsi Kuota Haji

Kiyai Uyan menyebut jika budaya dan tradisi menghormati guru di pondok pesantren seperti itu merupakan ‘Kultur Nusantara’ yang sudah diajarkan sejak zaman Wali Songo. Kemungkinan budaya dan tradisi ini dianggap feodal, karena di Arab Saudi sendiri tidak ada tradisi dan budaya menghormati guru seperti itu.

“Saya pribadi sebagai mantan santri Pesantren Cipasung Tasikmalaya tidak pernah merasa keberatan ketika disuruh ini-itu oleh kiyai. Sebagai santri, justru kita merasa aneh ketika kiyai tidak pernah nyuruh ini-itu. Rasanya seperti dianggap bukan santrinya lagi. Karena kita nyantren kan bukan hanya mencari ilmu. Tapi juga nyari keberkahan dari para kiyai,” terang Kiyai Uyan.

Bagaimana Cara Menjaga Marwah Kiyai, Santri dan Pesantren?

Kiyai Uyan menjelaskan bahwa publik harus mengingat sejarah kemerdekaan republik Indonesia yang tidak bisa lepas dari peranan para kiyai dan santri.

Dalam sejarah ‘Perang Surabaya’ misalnya. Yaitu dimana Resolusi Jihad yang didengungkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, telah mengobarkan api semangat juang para kiyai dan santri di berbagai pesantren Jawa dan Madura untuk ikut berpartisipasi melawan penjajah.

Berita Lainnya  Berawal dari Curhatan Asmara, Berakhir dengan Hilangnya Nyawa

Yaitu dimana para kiyai dan santri bergabung dalam laskar perjuangan seperti Hizbullah dan Sabilillah, serta menjadi pilar moral dan spiritual para pejuang secara umum.

“Maka bagi saya pribadi, ketika ada orang masih nyinyir dengan tradisi dan budaya NU dan pesantren, maka saya anggap itu sebagai bentuk ketidaktahuan mereka terhadap sejarah dan tradisi NU,” terang Kiyai Uyan.

“Ini serius loh!, doktrin NKRI Harga Mati, Pancasila Jaya dan Aswaja aqidah kita bukan hanya sebagai slogan belaka. Tetapi sudah menjadi jiwa yang mendarah daging dalam kehidupan sehari-sehari. Maka, mari kita sama-sama menjaga marwah dan martabat alim-ulama, kiyai, santri dan pondok pesantren Nahdatul Ulama, sebagai salah satu benteng untuk menjaga dan mempertahankan NKRI,” tutup Kiyai Uyan.***

Catatan Redaksi: Artikel ini ditayangkan secara otomatis. Validitas dan isi sepenuhnya tanggung jawab redaksi opiniplus.com dan dapat mengalami pembaruan..
Bagikan Artikel>>

Berita Lainnya

#Tag Populer

Top News

Korupsi Chromebook, Kerugian Negara Ditaksir Rp 1,98 Triliun, Baru Dikembalikan Rp 10 Miliar

JAKARTA - Kejaksaan Agung (Kejagung) mengatakan bahwa jumlah uang yang dikembalikan di dalam kasus dugaan korupsi dalam program digitalisasi pendidikan berupa pengadaan laptop Chromebook...

Mahfud MD Tuding Proyek Kereta Cepat di-Mark Up

JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menuding adanya dugaan mark up atau penggelembungan harga dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau...

Prabowo Sentil Pihak ‘Nyinyir’ yang Minta MBG Dihentikan

BANDUNG - Presiden Prabowo Subianto menyinggung pihak yang nyinyir membesar-besarkan kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) dan meminta program itu dihentikan. Padahal, secara statistik,...

Kenaikan Investasi di Jabar Berdampak Pada Penyerapan Tenaga Kerja

BANDUNG - Selama Januari - September 2025, Jawa Barat menegaskan posisinya sebagai provinsi dengan realisasi investasi terbesar dengan pencapaian Rp. 218,2 Triliun atau 15,2 persen...

Dilema Pemekaran Subang Utara Ditengah Bayang-bayang Defisit Negara

SUBANG - Dalam ruang pertemuan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang, suasana haru bercampur tegang terasa ketika para pejabat berdiskusi mengenai masa depan daerah yang tengah...

Peristiwa

Viral Video Perundungan Siswa SMP di Bekasi, Polisi Panggil Sejumlah Pihak

SEBUAH video kasus bullying disertai kekerasan terjadi di Bekasi, Jawa Barat, viral di media sosial. Dalam video berdurasi 16 detik tersebut, terlihat para siswa mengenakan seragam SMP baju putih dan celana biru melakukan kekerasan fisik terhadap...

CAPTURE

Berita Pilihan

Pemerintahan

Kriminal

Pendidikan

- Advertisement -spot_img

INDEKS

HUKUM

KONTROVERSI