Berdasarkan catatan Redaksi Opiniplus.com, Bupati Karawang, H. Aep Syaepuloh sebenarnya ingin membangun tugu Harimau Putih di Jalan Interchange Karawang Barat, di titik lokasi yang sekarang dibangun tugu The Window.
Alasan kenapa harus simbol harimau putih, karena Karawang dinilai erat kaitannya dengan sejarah Jawa Barat yang tidak bisa lepas dari sejarah Prabu Siliwangi yang sering disimbolkan harimau putih sebagai lambang kekuatan, keberanian dan kebijaksanaan.
Terlebih Karawang merupakan kabupaten penghubung antara Jakarta dengan Bandung, serta daerah lain yang ada di Jawa Barat.
Bahkan saat Kepala DLHK Karawang masih dijabat Wawan Setiawan yang sekarang menjadi Kepala DPMPTSP Karawang, saat itu Bupati Aep menginginkan tugu ikon Karawang yang akan dibangun di Interchange Karawang Barat tidak menggunakan APBD. Melainkan menggunakan dana patungan CSR perusahaan.
Bahkan saat itu ada alternatif lain selain dari tugu harimau putih, yaitu dimana pilihan keduanya adalah dibangun tugu Bedog Lubuk yang memiliki arti semangat pantang menyerah di dalam membela tanah air dan bangsa.
Namun sayangnya, saat itu H. Aep Syaepuloh belum memiliki kebijakan penuh karena jabatannya masih sebagai Wakil Bupati yang mendampingi Bupati Karawang, dr. Cellica Nurrachadiana.
Singkat cerita, tiba-tiba dibangun tugu The Window yang menghabiskan anggaran Rp 7,8 miliar. Sebuah tugu kontroversi yang sampai hari ini masyarakat mempertanyakan apa kaitannya dengan simbol sejarah Karawang sebagai Kota Pangkal Perjuangan ataupun Kota Lumbung Padi.
Sebelumnya diberitakan, DLHK Karawang mengklaim tugu The Window akan menjadi kebanggaan masyarakat Karawang, dengan alasan tugu ikon ini hanya ada 3 di dunia, yaitu di Paris, Dubai Frame dan terakhir di Karawang.
Tetapi pada kenyataanya justru banyak pemerhati pemerintahan Karawang mempertanyakan arti dan manfaat dari tugu The Window yang sama sekali tidak mensimboliskan arti ke-Karawang-an.***