Iming-iming Gaji Besar, PMI Ramai-ramai Jadi Pekerja Judi Onlie di Kamboja

Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) menyoroti meningkatnya pekerja migran Indonesia yang bekerja sebagai operator judi online di Kamboja.

Direktur Siber Perlindungan PMI Komisaris Besar (Kombes) Raja Sinambela mengatakan iming-iming gaji besar membuat banyak yang nekat berangkat ke Kamboja.

“Kerja judi online ini memang seakan menjadi tren. Datang satu orang pulang, berangkat bawa empat orang ke sana,” kata Raja dalam diskusi di Gedung Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU), Kamis, 24 April 2025.

Berita Lainnya  Kelakar atau Emosional, Dedi Mulyadi Doakan Calo Tenaga Kerja Ketabrak Bus

Raja mengatakan regulasi di Kamboja yang mengizinkan industri judi online membuat peluang kerja ilegal bagi WNI terus terbuka. Padahal, Indonesia dan Kamboja tidak memiliki kerja sama penempatan pekerja migran.

Menurut Raja, Direktorat Siber Perlindungan PMI telah mencoba memblokir dan men-take down unggahan-unggahan lowongan kerja sebagai operator judi online di Kamboja. Namun, tawaran baru selalu bermunculan.

Dia mengatakan ada sejumlah grup di Facebook yang kerap berisi unggahan tawaran kerja di Kamboja. Grup Facebook memiliki ratusan ribu anggota. “Sangat susah, sangat modern sekarang ini,” ujarnya.

Berita Lainnya  Batal Bertemu Dedi Mulyadi, Tapi Adnan Jadi Anak Asuh Bupati Berebes

Pekerja migran ilegal di Kamboja juga kerap menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Sebelumnya, Menteri P2MI Abdul Kadir Karding mengatakan korban TPPO ke Myanmar dan Kamboja didominasi masyarakat berpendidikan tinggi. Tawaran kerja secara ilegal itu, kata dia, datang lewat media sosial.

“Orang yang berangkat itu rata-rata terdidik. Itu dari temuan saya dulu dari 556 orang (yang sudah kembali ke Indonesia),” kata Karding di Gedung Kementerian P2MI, Jakarta Selatan, Jumat, 11 April 2025.

Berita Lainnya  Pembongkaran Bangli Tanpa Kompensasi, Ngakak! Om Zein Malah Kena Cium Brutal Emak-emak Gendut

Karding mencontohkan, ada salah satu korban TPPO yang berasal dari Semarang dan berlatar belakang profesi sebagai seorang kontraktor.

Namun, kata dia, karena ada vendor yang telat membayar tagihan terpaksa orang itu menerima tawaran kerja di Myanmar. Tawaran itu datang lewat media sosial Facebook.

Sumber : Tempo

Bagikan Artikel>>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *