KOTA BEKASI – Konferensi Cabang dan Diskusi Publik Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) Kota Bekasi, di warnai kericuhan pada saat Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono memberikan sambutan.
Berdasarkan informasi yang diterima Pojokbekasi, bahwa agenda tersebut berlangsung di Ballroom Hotel Merapi Merbabu, Kecamatan Rawalumbu, pada Sabtu 11 Oktober 2025.
Kericuhan tersebut bermula sekitar pukul 13.58 WIB, saat itu sekelompok massa yang mengklaim bagian dari GMNI masuk ke ruangan.
Salah seorang yang terlibat kericuhan, menungkapkan, bahwa Konfercab PA GMNI tersebut ilegal, karena tidak melibatkan kadernya.
“Ini ilegal, karena tidak melibatkan kader GMNI,” tetas seorang pemuda yang mengklaim sebagai kader GMNI.
Melihat hal itu, sejumlah panitia langsung menghampiri kelompok tersebut dan meminta untuk tenang. Selanjutnya beberapa panitia juga meminta untuk mereka keluar Ballroom dan memohon untuk mengajak berdisuksi.
Hanya saja mereka justru tetap bersikukuh ingin acara tersebut untuk dihentikan karena satu lain hal yang belum diketahui secara pasti. Lebih kurang tiga menit saling beradu argumen antara panitia dengan kelompok itu, aksi saling dorong pun terjadi.
Bahkan terlihat ada seseorang yang sampai melempar gelas kaca hingga menghantam atap pintu bagian atas. Gelas tersebut pun pecah dan membuat pecahan itu menghujani sejumlah orang yang berada di dekat pintu.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Persatuan Alumni (PA) GMNI Kota Bekasi, Heri Purnomo, menerangkan, dinamika yang terjadi merupakan hal yang wajar dalam sebuah organisasi.
“Menurut saya ini dinamika biasa, itu adik-adik kita juga semua, teman-teman kita juga semua. Jadi mungkin miskomunikasi aja,” tutur Heri Purnomo, Minggu 12 Oktober 2025.
Dirinya menegaskan, bahwa forum tersebut sebetulnya untuk para alumni GMNI. Namun, undangan juga telah disebarkan kepada kader aktif GMNI.
“Ini kegiatan alumni. Bukan kegiatan GMNI aktif, jadi memang, kita ya mengundang, sudah diundang,” tegas Heri.
Heri pun mengaku bingung, sebab ia mendapat informasi kericuhan itu dipicu lantaran undangan acara per lima tahun itu tidak diberikan secara merata kepada anggota GMNI.
Namun ia memastikan kalau undangan sudah disebarluaskan secara merata kepada anggota GMNI.
“Mereka tadi ada yang bilang mereka merasa tidak diundang, dan saya selalu bilang undang, kan lebih banyak hadir kan lebih bergairah, tidak ada pilih kasih juga semua adik-adik kami semua,” jelas dia.
Ia berharap kejadian ini dapat menjadi bahan introspeksi bagi semua pihak agar ruang diskusi dapat dimanfaatkan dengan baik tanpa adanya konflik atau kepentingan tertentu yang merugikan.
“Itu ada juga teman-teman GMNI pada hadir. Ya silahkan aja hadir, kalau memang ada permasalahan apa-apa ya kita melakukan dialog,” tutup Heri.***
Sumber : PojokSatu.id